Merangkai kalimat bijak tak mungkin dilakukan bila seseorang tak pernah bisa berlaku bijak,karena sebuah kalimat lahir dari uraian perasaan yang telah mampu di tuangkan dalam kehidupannya.
Para pencetus kebijakan mestinya telah mempelajari apa makna kebijakan itu sendiri dan bukan sekedar wacana yang hanya berpangkal pada pemikiran sesaat dan berujung pada kepentingan segolongan orang .Semakin banyak kebijakan-kebijakan yang mengabaikan unsur kemanusiaan dan hanya mementingkan nilai kekuasaan hanya akan merusak tatanan kehidupan masyarakat dan pencetus kebijakan itu sendiri yang akan berakhir dengan lemahnya kepercayaan publik pada pencetus kebijakan .
Loyalitas publik pada sebuah kebijakan bergantung sepenuhnya pada kepahaman publik terhadap makna kebijakan yang dituangkan yang seharusnya berdasar pada nilai moral dan rasa keadilan,jika hal itu tak terpenuhi maka kebijakan apapun yang di rumuskan penguasa tak akan pernah dapat mencapai esensi yang diharapkan.
Pemimpin-pemimpin besar diseluruh dunia telah membuktikan bahwa kebijakan yang dicetuskan harus mampu menaungi rasa keadilan dan moralitas manusia,sehingga rumusan yang dihasilkan tetap melegenda dan menjadi acuan bagi kebijakan-kebijakan berikutnya di masa mendatang.
Pemimpin yang tak memiliki jiwa kepemimpinan yang sesungguhnya tak mungkin mampu melakukan apa yang telah dilakukan para pendahulunya,yakni pemimpin-pemimpin besar yang memiliki jiwa yang besar juga,bukan pemimpin yang haus kekuasaan dan haus kehormatan,dan berkuasa hanya untuk menimbun pundi-pundi kekayaan pribadi dan keluarganya,,bukan untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan manusia
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih kunjungan Anda silahkan berkomentar